Padang-wp.com- “11 Januari 2019, adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Ranah Minang. Sebuah negeri masyhur nan elok, kokoh dengan adat, tradisi dan juga agama. Sudah menjadi fitrahnya, jika setiap pertemuan, ada perpisahan. Kini, tibalah saatnya saya pamit dan bermohon diri. Terima kasih Sumatera Barat. Di sini saya banyak belajar. Pada alamnya, orangnya, pada semuanya”.

Tak terasa, masa tugas dan pengabdian Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo, SIP sebagai Komandan Korem (Danrem) 032/Wbr, berakhir sudah. Meski tak genap dua tahun (15 bulan), namun kiprah, totalitas dan dedikasinya dalam mengemban amanah sebagai pemegang tongkat komando tertinggi TNI di Sumatera Barat, terasa semakin memantapkan nilai-nilai dasar TNI sebagai Tentara Rakyat.

“Prinsip dasarnya itu. Apapun dan dimanapun TNI berada, tetaplah berkomitmen untuk kemaslahatan dan kemajuan rakyat. TNI lahir dari rakyat. Maka jangan jangan memisahkan diri dari rakyat. Sebagai ibu kandung, maka sangat tidak tepat jika ada anggota TNI yang berprilaku layaknya Malin Kundang. Kendati itu adalah oknum, tetap saja, citra korps dan kesatuan akan tercoreng. Durhaka kepada ibu kandung, adalah dosa terbesar,” kata Brigjen Kunto dalam suatu kesempatan.

Kiprah dan dedikasi Brigjen Kunto selama memimpin Korem 032/Wbr, memang tidak sekadar tulisan dan riuh ramai pemberitaan di berbagai media massa. Lecut tangan sosok Jenderal bintang satu ini dalam mewujudkan kadaulatan rakyat dan kemanunggalan TNI di Sumatera Barat, telah diejawantahkan dalam wujud nyata penerapan fungsi pembinaan teritorial (binter) yang aktual, dengan selalu mengikuti kebutuhan dan perkembangan jaman.

“Sebagai turunan dari Tentara Rakyat, TNI memang dituntut untuk berbuat sebanyak mungkin demi kepentingan rakyat. Berbuat positif, penyelesai masalah ketika ada masalah, pengobat ketika sakit, serta pendorong motivasi bagi rakyat. TNI memang bukan panasea, obat yang menyembuhkan segala penyakit. Tetapi sedikit kebaikan akan menjadi berkah bagi banyak orang. Pepatah Minang mengajarkan kita, setitik jadikan laut, sekepal jadikan gunung,” ujar Brigjen Kunto yang mengaku sangat mengagumi falsafah dan adagium adat Minangkabau itu.

Pria kelahiran 15 Maret 1971 yang juga pernah menjabat sebagai Danrem 044 Gapo DAM II/Swj itu, memang dikenal sebagai sosok pemimpin yang kaya gagasan dan lebih banyak bekerja. Brigjen Kunto sebenar meyakini, jika segala kekuatan yang dimiliki militer dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, adalah senjata ampuh jika digabungkan dalam mengaktualisasikan berbagai gagasan guna menghadapi tantangan.

Brigjen Kunto yakin, jika sinergi dan kolaborasi dengan semua pihak adalah hal terpenting. Ini terkait dengan karakteristik militer yaitu taat komando, inovatif, kreatif dan selalu bersama-sama rakyat. Hal ini menjadi semakin sempurna, karena sejalan dengan karakter kepemimpinan dan komitmen yang selalu dipegang teguh mantan Danpuslatpur/ Kodiklat AD itu; dekat dan mengayomi. Adaptif, inovatif dan bersolusi.

Baca Juga :   Tindakan Tegas Dishub  Pekanbaru Tertibkan Kenderaan Parkir Sembarangan .
Sebagai wujud implementasi dari pelaksanaan binter di wilayah Korem 032/Wbr, Brigjen Kunto dalam masa singkat kepemimpinannya di Sumatera Barat, telah melahirkan banyak inovasi sekaitan dengan upaya perencanaan, pengembangan dan pengendalian potensi wilayah dengan segala aspek pendukungnya. Seperti penerapan Sistem Informasi Komando Wilayah (Sikowil), Bios 44, filter air, mobile ramil, airboat, ATV, drone, busa anti api, reaktor plastik to BBM, media propaganda dan edukasi IT.

“Binter yang sudah dilakukan di Sumatera Barat selama ini, dikenal tiga metode yaitu komunikasi sosial, ketahanan wilayah, dan bakti TNI. Tiga metode ini, ditekankan pada bagaimana hubungan TNI AD dengan masyarakat berjalan harmonis, memiliki manfaat positif bagi masyarakat dan bisa bersinergi dengan baik,” ujar Brigjen Kunto.

Brigjen Kunto meyakini, persoalan umum masyarakat di Sumatera Barat berada pada sektor pertanian, perikanan, serta ancaman bencana gempa bumi dan tanah longsor. Mengandalkan solusi hanya pada cara-cara konvensional, antisipasi bencana berbasis tanggap darurat semata jelas Brigjen Kunto, tentu tidak akan menyelesaikan masalah.

“Melalui pengembangan metode binter sebagai wujud dari komitmen TNI untuk masuk dan hadir dalam persoalan riil di masyarakat inilah, Tentara ikut berbuat dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Sasarannya utamanya adalah kekuatan rakyat dan kemanunggalan TNI AD. Alhamdulillah, selama di Sumatera Barat, segala inovasi bisa terlaksana dengan baik berkat adanya sinergi yang baik pula. Sumatera Barat yang religius dengan tatanan adat yang tangguh, adalah modal sosial yang harus terus dipelihara. Ini adalah kekuatan kita,” tandas Brigjen Kunto.

Di mata Brigjen Kunto, Ranah Minang adalah negeri yang elok, dengan bentangan keindahan alam yang mempesona. Lurahnya yang dalam, bukitnya tinggi, gunungnya menjulang dan dilautnya ombak berdebur. Maka tak heran, dari negeri ini pulalah bermunculan banyak petatah-petitih yang semuanya mengagungkan keindalam alam, yang terejawantahkan dalam kehidupan masyarakatnya yang ramah. Negeri yang memiliki catatan sejarah luar biasa, namun tetap berdialektika dengan perubahan zaman.

“Alam takambang jadi guru. Bagi saya, ini adalah adagium adat Minangkabau yang sangat luar biasa. Lahir dari kecerdasan dan kearifan lokal para leluhur. Meski hanya 1,3 tahun di sini (Sumbar, red), namun saya bisa belajar banyak tentang segala hal yang berkaitan dengan filosofis masyarakat dan daerahnya. Sekali lagi, terima kasih Sumatera Barat,” pungkas Brigjen Kunto.(***)
 
Top