Padang.Wp.Com.Prof. Dr. Martin Kustati, M.Pd.Rektor UIN Imam Bonjol Padang.Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang penting bagi masyarakat muslim dunia, pasalnya umat Islam menyelenggarakan ibadah haji. Melihat beberapa tahun belakangan pasca covid-19, pemberangkatan jemaah kembali dengan jumlah normal, dengan total 221.000 jemaah haji, terdiri dari 203.320 jemaah haji reguler, dan 17.680 jemaah haji khusus.


Selain jumlah jamaah yang kembali normal, tahun 2023 jemaah haji lansia menjadi prioritas penuh Kementerian Agama Republik Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis lebih kurang 66.000 atau setara 30% dari total jemaah, hal ini merupakan bentuk komitmen Kementerian Agama RI memberikan layanan haji yang ramah lansia.

Layanan ramah lansia tersebut terlihat jelas melalui strategi Menteri Agama Republik Indonesia, Gus Yaqut Cholil Qaumas dalam memprioritaskan layanan haji 2023 dengan membentuk tim pelayanan khusus jemaah lansia yang dengan jumlah 220 orang. Disamping itu, juga terdapat tim pelayanan transportasi, konsumsi, perlindungan jemaah, konsultasi ibadah, tim Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), dan tim Media Center Haji (MCH).

Berbagai pelayanan haji yang diberikan oleh Kementerian Agama merupakan sebuah bentuk pengabdian pada masyarakat Indonesia, khususnya pada jamaah yang sudah lanjut usia (lansia). Langkah kongkret tersebut juga terlihat dari pengawalan dan dedikasi Petugas Penyelenggaraan Haji (PPIH) Arab Saudi saat mengawal puncak haji di Arafah, Muzdalifa dan Mina beberapa waktu lalu.

Melalui peran PPIH yang tidak hanya mengawal para jamaah, namun juga memberikan integritas dan profesionalitas saat bertugas, seperti menggendong lansia yang tidak termasuk pada pakta integritas. Optimalisasi tersebut bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para jamaah, sehingga mereka bisa beribadah dengan khidmat dan dapat melaksanakannya secara maksimal melalui pelayanan dan fasilitas yang telah disediakan.

Fokus dalam memprioritaskan jemaah lansia, Kementerian Agama memfasilitasi Hablum minallah dan Hablum minannaas. Hablum minallah adalah bagaimana manusia berhubungan dengan Sang Pencipta dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Hubungan baik pada Sang Pencipta pada hakikatnya dengan berupaya menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

Sebagaimana Allah
berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. Ad-Dzariyat : 56). Perjalanan ibadah haji mendorong para generasi muda untuk meningkatkan kedekatannya dengan Allah SWT. Selain itu, peran positif dari ibadah haji juga dapat meningkatkan hubungan baik pada sesama manusia yang dikenal dengan istilah Hablum minannas.

Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial. Allah SWT menekankan hal ini dalam surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Berdasarkan ayat diatas, maka melalui rangkaian ibadah haji,para jemaah haji dapat melihat secara langsung, bagaimana Allah SWT menciptakan manusia dalam berbagai latar belakang, suku, budaya dan bangsa. Mereka akan memakai pakaian yang serba putih (ihram) dengan latar belakang apapun.

Hal itu menandakan bahwa kita sebagai umat muslim dapat meningkatkan taqwa dengan berbagai cara, salah satunya menjalin hubungan baik dengan sesama manusia yang merupakan ciptaan Allah SWT. Hal itu juga menjadi penguat ketika nantinya para jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah yang merupakan sebuah kewajiban dalam melaksanakan ibadah haji. Atas dasar itu, dorongan melaksanakan ibadah haji dapat dilakukan sejak usia muda.

Berita
About Author
Humas UINIB
 
Top