Maybrat .Wp.Com.Pada Musim Panas di Maybrat mampu membuat orang mandi keringat kurang dari 5 menit. Ada perlengkapan warga Bumi Cendrawasih dan Kasuari ini yang bisa melindungi orang dari panasnya cuaca. 'Ajaib'-nya lagi, alat ini bisa jadi tempat menyimpan parang hingga menyimpan surat.

Ini adalah koba-koba. Bentuknya seperti tikar. Tapi jangan meremehkan penampilan sekilasnya yang terlihat bersahaja. Soalnya ini bukan sembarang tikar.

Koba-koba ini berwarna cokelat, berukuran sekitar 1 meter x 0,5 meter. Saat diangkat, koba-koba terasa ringan. Bobotnya dua kali lebih ringan ketimbang tikar plastik dengan ukuran yang sama.

Tampak ada 2 mama Papua yang berasal dari Kampung Faankario, Distrik Aifat Timur Tengah-Maybrat yang sedang membuat Koba-koba dirumahnya.
Rabu, (08/05/2024).

"Ini untuk berteduh dan juga serbaguna," kata Mama Silveria Aikingking saat ditanya personel dari Pos Faankario Satgas Yonif 133/YS yang memang sengaja berkunjung kerumahnya untuk melihat dan belajar proses pembuatan Koba-koba.

Ibu berusia 48 tahun itu mengajari para personel dari Pos Satgas Yonif 133/YS dirumahnya sambil menerangkan fungsi, kegunaan serta keunggulan dari Koba-koba. 

Silveria Aikingking menjelaskan koba-koba ini adalah produk warga hampir diseleuruh Kampung diwilayah Maybrat mampu membuatnya dan biasa dibuat oleh kaum perempuan.

Melihat lebih dekat, Koba-koba ternyata bermaterialkan daun. Meski begitu, Silveria menyuruh para personel dari Satgas Yonif 133/YS untuk tak meragukan kekuatan benda ini.
Motif dari Koba-koba terbentuk dari lipatannya.

"Ini anti air, Bisa awet sampai tiga tahun," kata Silveria.

Jadi selain bisa untuk berteduh dari sengatan Sang Surya, Koba-koba juga bisa menjadi payung disaat musim hujan. Cara pakainya sederhana saja. Cukup buka sisi ujungnya, taruh di atas kepala. Saat personel Pos Faankario mencobanya saat siang terik, rasanya memang teduh dan tidak pengap. Kepala juga tidak terasa terbebani karena ini benda ringan.

Menjadi payung hanyalah satu dari beberapa fungsi Koba-koba. "Ini bisa jadi payung, untuk tikar tidur, untuk kantong bekal, wadah parang saat berburu, dan menyimpan surat-surat," tambah Silveria.

Dia memperagakan, kobakoba bisa menjadi tas saat bentuknya dibikin lipatan dan dibuka tepiannya. Bila dimasuki surat-surat, maka surat-surat itu bakal lebih aman dibawa saat perjalanan diguyur hujan, soalnya Koba-koba anti air.

Memang ini bukan kantong ajaib, namun tikar ringan ini dinyatakannya cukup kuat untuk menjadi wadah parang besi dan anak panah. Terbuat dari apakah ini barang?

"Ini terbuat dari Pandan Hutan, biasanya tumbuh di gunung," kata dia.

Cara bikinnya, daun pandan hutan dipotong dari pohonnya. Duri harus dihilangkan terlebih dahulu. Proses selanjutnya adalah mengasapi daun ini di atas api.

Motif garis-garis diagonal di Koba-koba ini didapat dari proses pelipatan yang dilakukan setelah proses pengasapan. Supaya helai-helai daun bersatu menjadi Koba-koba, helai-helai daun itu dijahit menggunakan kulit kayu Pohon Ganemon. Bila ingin terlihat cantik, ornamen benang bisa disematkan.

"Ini kalo dijual di tempat pameran atau dimanapun biasanya kami jual dengan harga kisaran Rp 200.000,00," kata Silveria sambil senyum.

Warga Maybrat dikatakannya tak menemui kendala dalam hal bahan baku membuat kerajinan ini. Hanya saja alat transportasi masih susah untuk menuju tempat yang banyak pandan hutannya. Mereka bisa berjalan 4 sampai 5 km untuk mencari material itu jauh masuk kedalam hutan.

Adapun untuk kerajinan lainnya misalnya rajut, mama-mama di Maybrat kesulitan untuk membeli jarum dan bahan. Untuk kerajinan anyaman, mereka juga masih sulit mendapatkan pewarna makanan untuk memberi aksen pada material tumbuh-tumbuhan itu.
 
Top